Selasa, 18 Oktober 2022

CERPEN

 CERPEN

Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya dibuat-buat (fiksi). Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novelet maupun novel. Jumlah kata di dalam cerita pendek tidak lebih dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman kuarto.[1] Penulisan cerita pendek menggunakan gaya bahasa yang naratif.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asal usul[sunting | sunting sumber]

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon telah dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia sering kali diartikan cerita tentang binatang sebagai pemeran (tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.

Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu, contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat, contohnya Banyuwangi.

Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.

Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Prancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.

Pada pertengahan abad ke-17 di Prancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya VoltaireDiderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.

Cerita-cerita pendek modern[sunting | sunting sumber]

Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai GogolTales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.

Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic MonthlyScribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.

Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.

Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam intagram:reza_drmawan.

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Cerita pendek tidak memiliki alur cerita yang rumit. Kejadian, alur dan penempatan cerita umumnya hanya satu. Cerita pendek juga hanya memiliki jumlah tokoh yang terbatas serta waktu penceritaan yang singkat.[2] Cerita yang cukup panjang di dalam cerita pendek cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dengan suasana yang dramatis serta memiliki pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya. Selain itu, terdapat peristiwa di dalam cerita yang menimbulkan pertentangan di antara para tokoh sehingga terjadi peningkatan aksi dan momen penting. Bagian akhir dari cerita pendek merupakan penyelesaian dari permasalahan-permasalahan yang telah terjadi di dalam cerita serta penyampaian pesan moral.[3]

Cerita pendek modern hanya sedikit mengandung alur cerita dengan pengantar dan pertentangan antartokoh. Awal cerita pendek modern umumnya dimulai dari aksi yang mendadak. Alur dari cerita pendek modern memiliki klimaks atau titik balik. Cerita pendek modern umumnya diakhiri dengan mendadak. Keberadaan pesan moral di akhir cerita juga tidak dapat dipastikan [4]

Tema dalam sebuah cerpen lebih jelas karena peristiwa-peristiwa dalam cerpen dipilih dengan cara karikatural menonjol dan tampak sebagai mozaik sebuah pesan pendalaman terhadap pesan dilakukan di dalam cerpen. Jumlah kata dalam cerpen berkisar antara 1400 kata hingga 2300 kata jika menggunakan halaman A4 jumlah halaman cerpen sekitar 4 sampai dengan 7 halaman dengan spasi  satu setengah.[5]

Struktur[sunting | sunting sumber]

Struktur teks merupakan struktur pembangunan teh sehingga bagian-bagian teks saling berhubungan dalam mendukung kekuatan cerita. Struktur teks cerpen adalah sebagai berikut.

• Abstrak, merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa, atau dapat juga dikatakan sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional, artinya setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.

• Orientasi, merupakan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari suatu cerpen.

• Komplikasi, berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Komplikasi biasanya menjelaskan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.

• Evaluasi, yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi.

• Resolusi, pada bagian ini pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami oleh tokoh utama.

• Koda, pada bagian ini terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek oleh pembaca.

Unsur penyusun[sunting | sunting sumber]

Unsur Intrinsik[sunting | sunting sumber]

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:[6]

  • Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber pada cerita.
  • Latar(setting) adalah tempat, waktu, suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas di mana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
  • Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

  1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
  2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
  3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.

Alur meliputi beberapa tahap:

  1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
  2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
  3. Puncak ketegangan / klimaks: masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
  4. Ketegangan menurun / antiklimaks: masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
  5. Penyelesaian / resolusi: masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
  • Perwatakan

Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:

  1. Dialog tokoh
  2. Penjelasan tokoh
  3. Penggambaran fisik tokoh
  • Tokoh

Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita. tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Tokoh Protagonis: tokoh utama pada cerita
  2. Tokoh Antagonis: tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama
  3. Tokoh Tritagonis: penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan
  • Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

Unsur Ekstrinsik[sunting | sunting sumber]

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:

  • Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
  • Latar belakang kehidupan pengarang
  • Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

Ukuran[sunting | sunting sumber]

Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematik. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.

Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelettenovella, atau novel.

Genre[sunting | sunting sumber]

Cerita pendek pada umumnya adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiahfiksi hororfiksi detektif, dan lain-lain. Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalananprosa lirik dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.

Perbedaan cerita pendek dan novel[sunting | sunting sumberCerita pendek merupakan jenis prosa fiksi yang dibaca selesai sekali duduk berkisar antara setengah jam sampai dua jam sedangkan untuk membaca novel membutuhkan waktu lebih dari dua jam.  Umumnya panjang cerita kurang dari 10.000 kata. Di lain sisi, panjang novel lebih dari 10.000 kata. Tema dalam cerita pendek hanya berisi satu tema karena berkaitan dengan keadaan plot dan pelaku yang terbatas.  Sementara itu, novel menawarkan lebih dari satu tema yaitu satu tema utama dan tema-tema tambahan. Jika penokohan dalam cerpen sifatnya terbatas maka hal ini tidak berlaku dalam novel.  Cerita pendek menggunakan pelukisan latar secara garis besar saja sedangkan  penulisan latar dalam novel memerlukan detail khusus tentang keadaan luar misalnya tentang kondisi tempat dan sosial. Setiap rangkaian peristiwa dalam novel disusun sedemikian rupa karena novel terbagi atas bab dan masing-masing bab memiliki cerita yang berbeda-beda. Cerita pendek memiliki plot tunggal hanya terdiri atas satu urutan peristiwa yang terjadi darimana saja. Karena memiliki plot tunggal, maka konflik dan klimaks yang ditimbulkan pun bersifat tunggal.[7][8]

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek lebih efisien dibandingkan dengan novel.  Pengarang memilih diksi, kalimat hingga onomatope secara lebih efisien. Dalam cerpen kecermatan memilih diksi lebih kental daripada sebuah novel.[5]

PIDATO PERSUASIF

 PIDATO PERSUASIF

Pidato persuasif adalah pidato yang berisi ajakan kepada masyarakat untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, pidato merupakan suatu kegiatan berbicara di depan umum yang bertujuan untuk menyampaikan maksud dan pendapatnya mengenai suatu hal. Dalam berpidato, biasanya seseorang membawakan topik mengenai hal atau peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan kepada khalayak ramai. Pidato persuasif memiliki sifat yang cenderung mengimbau atau atau mengajak masyarakat untuk berbuat suatu hal yang berguna bagi kehidupan. Seperti dikutip modul Bahasa Indonesia Paket B, pidato persuasif sama artinya dengan melakukan suatu usaha untuk menggerakkan masyarakat agar berbuat lebih baik dan lebih kreatif. Kendati demikian, tidak jarang pada setiap acara-acara tertentu pidato persuasif cukup efektif untuk inspirasi kepada khalayak. Tujuan Pidato Persuasif Secara umum, pidato persuasif memiliki tujuan untuk mengajak/membujuk pendengar agar terpengaruh dengan isi pidato yang disampaikan. Contoh sederhana dari pidato persuasif misalnya pidato tentang budaya bersih dan pidato keagaaman. Berikut tujuan adanya pidato persuasif: 1. Pembentukan tanggapan Salah satu tujuan pidato persuasif adalah membentuk agar masyarakat memberikan tanggapan. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat mengetahui banyak tentang suatu topik. Pembicara persuasif menyampaikan pidatonya dengan cara menghubungkan gagasan baru terhadap nilai yang telah ada dan melekat pada masyarakat. Perlu diperhatikan, pembicara harus menyadari bahwa pembentukan tanggapan merupakan proses pertalian antara ide-ide baru dengan nilai-nilai masyarakat yang menghasilkan perubahan perilaku. 2. Penguatan tanggapan Tujuan selanjutnya adalah penguatan tanggapan. Artinya, pembicara berpidato dengan memberikan penguatan tanggapan bagi sekelompok masyarakat. Tujuannya untuk melanjutkan perilaku terhadap beberapa topik, gagasan, atau isu. Tentu saja hal ini erat kaitannya dengan nilai-nilai dan sikap pada masyarakat. Nilai-nilai tersebut biasanya bercirikan kesenangan, kekuatan, dan kepentingan. 3. Pengubahan tanggapan Pengubahan tanggapan sekelompok masyarakat menjadi salah satu tujuan pidato persuasif. Dalam hal ini, pembicara menyampaikan materi untuk mengubah perilaku mereka terhadap suatu konsep atau gagasan. Selaras dengan hal tersebut, pembicara juga akan meminta kepada masyarakat untuk mengubah atau menghentikan beberapa perilaku, seperti membuang sampah sembarangan. Struktur Teks Pidato Persuasif Seperti dikutip dari modul Pidato Persuasif, struktur teks pidato persuasif merupakan unsur-unsur atau bagian-bagian yang runtut dan sistematis sebagai satu kesatuan. Struktur teks pidato persuasif dibangun tiga unsur utama, yaitu: 1. Pembukaan, yang meliputi salam pembuka, ucapan penghormatan, ucapan rasa syukur. 2. Isi, yang meliputi pernyataan posisi, tahap argumen, dan penguatan pernyataan posisi. 3. Bagian penutup, yang meliputi harapan, permohonan maaf, dan ucapan terima kasih Contoh Pidato Persuasif Berikut adalah contoh pidato persuasif berjudul “Jaga Kebersihan Sungai” seperti dikutip dari modul Bahasa Indonesia Paket B: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita haturkan kepada kehadirat Allah subhanahu wa taala atas rahmatnya kita dapat berkumpul di kelas ini dalam keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Bapak dan Ibu yang saya hormati dan teman-teman yang berbahagia, izinkan saya menyampaikan pidato singkat yang berjudul “Cara Menjaga Kebersihan Sungai” Sungai adalah salah satu ciptaan Allah yang perlu kita jaga. Beragam manfaat sungai telah kita rasakan hingga sekarang. Dan sudah menjadi kewajiban bersama untuk selalu menjaga sungai agar tetap bersih dari sampah. Menjaga kebersihan dan pelestarian sungai sangatlah penting. Jangan sampai kita membuang sampah ke dalam sungai yang nantinya dapat membuat arus sungai terhambat. Disebagian wilayah sungai merupakan jalur transportasi yang masih digunakan. Oleh karena itu, keberadaan sampah akan mengganggu perjalanan alat transportasi seperti perahu yang digunakan masyarakat. Tidak hanya itu, beberapa pekerjaan orang tua kita pun juga banyak menggantungkan pada kondisi sungai. Contohnya seperti nelayan, apabila air sungai dipenuhi sampah mereka tidak akan bisa mencari ikan dan udang karena air yang tercemar dan ikan di sungai yang mati. Peran sungai sangat besar dalam kehidupan. Bahkan sungai menjadi mata air yang digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, marilah kita menjaga dan melestarikan kebersihan sungai kita. Hal sederhana bisa kita lakukan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Tindakan kecil ini akan bermanfaat besar apabila diterapkan oleh semua orang. Sungai menjadi bersih, banjir bisa diantisipasi, jalur air tidak mampet, masyarakat juga dapat memanfaatkan air sungai untuk kehidupan lainnya. Menjaga sungai adalah kewajiban bersama, tugas bersama dan membutuhkan kerjasama seluruh pihak. Mari lestarikan sungai kita agar air semakin jernih dan indah. Saya berharap kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik untuk ke depannya serta hidup teratur dengan menjaga kebersihan lingkungan kita. Akhir kata, mohon maaf jika ada kesalahan pada ucapan saya. Terima kasih Wassalamualaikum warrahmatullah wabbarakatuh. Baca juga: Pengertian Kalimat & Pidato Persuasif: Ciri-ciri dan Contohnya Pengertian Teks Persuasif: Ciri, Struktur, Kaidah Bahasa, & Contoh Kalimat Persuasif dalam Bahasa Iklan, Un


Baca selengkapnya di artikel "Contoh Pidato Persuasif, Struktur dan Tujuannya", https://tirto.id/gv81

Selasa, 11 Oktober 2022

SENI PATUNG

 Seni patung adalah salah satu jenis dari seni rupa. Pengertian seni patung sendiri adalah suatu seni tiga dimensi yang dibuat dengan berbagai cara, seperti memahat, modeling, dan lain-lain.

Seni patung biasanya membuat karya tiruan dari suatu objek, seperti manusia, hewan, dan lain-lain. Pada umumnya, karya seni ini digunakan untuk dekorasi, monumen, hingga untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan ibadah oleh kepercayaan tertentu.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai seni patung mulai dari pengertian hingga fungsi dari karya seni tersebut. Simak pembahasannya di bawah ini.

Apa yang Dimaksud dengan Seni Patung?

Seni patung terdiri dari dua kata, yakni seni dan patung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni memiliki arti sebagai keahlian membuat karya yang bermutu, sedangkan patung adalah tiruan bentuk orang, hewan, dan sebagainya dibuat (dipahat dan sebagainya) dari batu, kayu, dan sebagainya.
Berdasarkan dua pengertian atas, seni patung dapat diartikan sebagai suatu keahlian untuk menghasilkan benda berupa patung.
Di samping itu, pengertian seni patung secara terminologi sudah banyak disampaikan oleh para ahli, salah satunya adalah Soenarso. Lantas, apa yang dimaksud dengan seni patung menurut Soenarso?
Dikutip dari buku Seni Rupa SMP karya Eighteen Salasi, menurut Soenarso dan Soeroto, seni patung adalah semua karya dalam bentuk meruang. Arti dari meruang sendiri adalah menciptakan hubungan atau interaksi seseorang dengan ruang atau orang lain dalam suatu lingkup sosial.
Selain itu, pengertian seni patung juga telah diterangkan oleh BS Myers. Lalu, apa pengertian seni patung menurut BS Myers?
Menurut BS Myers, seni patung adalah karya seni tiga dimensi yang tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang mana pun pada suatu bangunan. Karya ini dapat diamati dengan cara melihat ke sekelilingnya, sehingga tampak menarik atau terasa mempunyai makna pada semua sisinya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian seni patung adalah jenis kesenian yang menghasilkan benda tiruan dalam bentuk manusia atau hewan yang cara pembuatannya dengan dipahat.

Apa Fungsi Seni Patung?

Salah satu fungsi patung adalah sebagai dekorasi. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu fungsi patung adalah sebagai dekorasi. Foto: Unsplash.com
Seni patung merupakan karya seni rupa tiga dimensi sebab karya seninya memuat volume, yakni panjang, lebar, dan tinggi. Sebagai suatu karya seni tiga dimensi, seni patung tentunya memiliki nilai estetik dan fungsional.
Menurut Muheri Palwanto, S.Pd.,M.Pd dalam buku Seni dan Budaya Kelas XII, secara umum fungsi seni patung adalah sebagai berikut.

1. Patung Religi

Patung religi adalah suatu karya seni patung yang mana selain bertujuan untuk dinikmati, tujuan utama dari pembuatan patung ini adalah sebagai sarana beribadah. Pada umumnya, patung jenis ini memuat nilai-nilai kepercayaan atau religiusitas tertentu.

2. Patung Monumen

Patung monumen adalah patung yang difungsikan sebagai sebagai peringatan peristiwa bersejarah atau jasa seorang pahlawan. Contohnya adalah Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.

3. Patung Arsitektur

Patung jenis ini memiliki keindahan yang dapat dinikmati dan dapat difungsikan sebagai patung yang memperindah dalam kontruksi dalam suatu bangunan. Contohnya adalah sejumlah patung berbentuk bangunan yang ditemukan di Candi Borobudur dan Prambanan.

4. Patung Dekorasi

Patung dekorasi adalah jenis patung yang memiliki fungsi sebagai alat dekorasi untuk menghias suatu tempat atau ruang, seperti taman, gedung, dan lain-lain.

5. Patung Kesenian

Patung kesenian adalah jenis patung yang memiliki fungsi artistik yang tinggi. Pada umumnya, karya patung jenis ini dipamerkan dalam suatu pameran seni dan difungsikan seniman sebagai sarana mengekspresikan diri.

6. Patung Kerajinan

Patung kerajinan adalah karya dari para pengrajin yang selain berfungsi untuk dapat dinikmati oleh orang-orang, fungsi dari patung ini adalah untuk diperjualbelikan.

Apa Jenis-Jenis Seni Patung?

Jenis patung pada umumnya dibedakan berdasarkan jenisnya. Berikut adalah jenis-jenis dari seni patung.

1. Patung Zonde Bosse

Zonde Bosse merupakan bentuk patung yang mampu berdiri sendiri, tidak ada bantuan dari sisi sebelah kanan dan kirinya. Patung ini biasanya selalu menempel pada salah satu sisinya.

2. Patung Relief

Relief merupakan bentuk patung yang menempel pada permukaan dinding. Biasanya relief ini menggambarkan sebuah adegan dari cerita.
Salah satu contoh relief dapat dilihat pada Candi Shiwa dan Candi Brahma di kompleks Candi Prambanan yang berisi rangkaian adegan Ramayana. Relief pada umumnya terbagi menjadi tiga jenis, yakni di antaranya:
  • Baserelief: Relief yang menampilkan bentuk yang kurang dari setengah dari bentuk aslinya.
  • Demirelief: Relief yang menampilkan bentuk setengah dari bentuk aslinya.
  • Hautrelief: Relief yang menampilkan bentuk yang sama persis dengan bentuk aslinya.

3. Patung Figuratif

Patung figuratif adalah jenis seni yang menghasilkan patung yang hasilnya hampir mirip atau serupa dengan bentuk objek yang ditirukan. Contohnya, Patung Presiden Soekarno, dan lain-lain.

4. Patung Nonfiguratif

Patung nonfiguratif adalah jenis seni patung yang bertujuan menghasilkan patung hang memiliki bentuk tidak serupa dengan bentuk dari objek yang ditirukan. Pada umumnya, jenis patung ini menambah ide atau imajinasi tersendiri dalam proses pembuatannya.